OMPITV.COM - Kejahatan siber (cybercrime) semakin marak karena beberapa faktor yang saling memperkuat di satu lanskap digital yang terus berkembang :
1. Internet Semakin Rentan & Cepat Tumbuh
- Struktur internet yang terbuka dan saling terhubung membuatnya rentan diserang—dengan malware-as-a-service dan alat otomatis, pelaku bisa melakukan serangan massal dengan mudah.
- Eksploitasi fokus sering terjadi pada perangkat IoT dan jalur supply chain, karena banyak sistem masih belum terlindungi.
2. AI & Otomatisasi: Sahabat Baru Penjahat Dunia Maya
- AI memungkinkan pembuatan phishing atau deepfake yang nyaris tak terbendung—email personal, chat palsu, bahkan suara kloning.
- Otomatisasi juga bikin scan kerentanan bisa mencapai 36.000 kali per detik, memicu gelombang besar 500% pembuangan log pengguna di dark web techradar.com.
3. Motif Finansial & Politik
- Target utama para penjahat siber adalah keuntungan, baik lewat ransomware, cryptocurrency theft (tercatat US$1,4 miliar oleh Lazarus Group), hingga penipuan sistemik.
- Faktor geopolitik juga memicu - serangan dari kelompok negara-negara seperti Rusia, Tiongkok, Korea Utara meningkat sebagai bagian dari spionase dan destabilization.
Data Terbaru yang Bikin Geleng Kepala
- Kerugian global kejahatan siber diproyeksikan mencapai US$10,5 triliun per tahun di 2025—menambah 15% tiap tahun sejak 2015.
- Biaya rata-rata breach data mencapai US$4,88 juta di 2024, naik 10% dari tahun sebelumnya.
- Ransomware dan escrow-driven attacks mengancam dengan potensi kerugian US$265 miliar per tahun depan.
- FBI mencatat bahwa laporan kerugian cyber di Amerika mencapai US$12,3 miliar pada 2023.
Tren di Indonesia: Lokal dan Global Bertemu
- Di Indonesia, serangan siber diprediksi makin kompleks dengan masuknya AI (“AI agentik”) dan ancaman rantai pasokan digital.
- Corona era diguncang skandal “pig butchering”—trik investasi palsu lewat deepfake & rekayasa sosial—yang telah menghisap dana jutaan dolar di Asia Tenggara.
- Serangan phishing, ransomware, dan pencurian data personal semakin lazim karena masyarakat terlalu mudah berbagi informasi di internet .
Apa Langkah Nyatanya?
-
Kolaborasi Global
UK, AS, dan UE sudah mulai menerapkan aturan zero-trust dan regulasi keamanan AI. Indonesia juga perlu mendukung perjanjian internasional seperti UN Cybercrime Convention. -
Perkuat Regulasi & SDM Lokal
Pemerintah harus segera implementasikan UU PDP, tingkatkan BSSN, dan bentuk Siber Force ala militer & sipil. -
Edukasi & Awareness
Masyarakat perlu ditanamkan budaya backup, verifikasi link, dan hindari oversharing lewat kampanye digital atau pembelajaran anti-phishing . -
Investasi Berkelanjutan
Organisasi wajib beralih ke sistem keamanan siber modern—AI defensif & zero-trust architecture seperti disarankan Fortinet.
Kesimpulan:
Kejahatan siber yang makin canggih dan mengglobal jadi tantangan berat 2025. Tapi bukan berarti kita kalah—dengan regulasi, teknologi, dan SDM yang canggih, peluang menang sangat besar. Jadi, yuk kita waspadai, lindungi data, dan jaga dunia digital tetap aman!
0Comments